Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Minggu, 23 September 2012

Nomina dan Problematiknya

  • Nomina adalah kata-kata yang menunjukan benda, yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Nomina terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu nomina dasar dan nomina turunan. 
  • Nomina turunan adalah hasil dari poses afiksasi, perulangan, dan pemajemukan suatu kata sehingga membentuk kata yang termasuk dalam kategori nomina. Sedangkan nomina dasar adalah nomina yang secara semantis sudah memiliki artian sebagai benda atau sudah dibendakan oleh para penuturnya.
  • Dalam nomina, problematik yang sering muncul adalah kata-kata nomina yang difungsikan sebagai verba dalam suatu kalimat atau sebaliknya yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu hasil derivasi atau pun akibat dari makna semantis yang sering muncul di masyarakat.
Problematik Nomina

(1)    Saya sekolah di SMAN Cicalengka
(2)    Dia sedang jalan ke stasiun
(3)    Saya keberatan dengan pendapat Anda

Dalam kalimat (1) kata sekolah menempati posisi sebagai predikat sedangkan secara lahiriah kata sekolah itu merujuk pada nomina. Seperti pada kalimat: sekolah itu sudah tidak terawat lagi. Dalam kalimat tersebut sekolah merupakan nomina dan penempatannya sebagai subjek. Kalimat (1) terjadi karena kata sekolah mengalami derivasi, seharusnya bersekolah yang memiliki arti melakukan kegiatan sekolah. Sedangkan kegiatan sekolah memiliki artian di masyarakat sebagai belajar di sekolah.

Kata jalan dalam kalimat (2) merupakan nomina yang ditempatkan sebagai predikat. Jalan memiliki arti secara lahiriah merujuk pada tempat. Sedangkan tempat merupakan subkategori dari nomina dasar khusus. Contoh: Jalan Cicalengka terawat dengan baik. Kata jalan pada kalimat tersebut merujuk pada tempat secara geografis menunjukkan jalan yang berada di Cicalengka. Namun yang terjadi dalam kata jalan dalam kalimat (2) adalah jalan yang memiliki arti menurut KBBI adalah melangkahkan kaki.
Kata keberatan dalam kalimat (3) merupakan nomina turunan dengan konfiks ke-an, sedangkan keberatan secara lahiriah memiliki arti merasa terlalu berat. Contoh: Saya keberatan ketika membawa tas besar. Namun dalam konteks kalimat tersebut keberatan diposisikan sebagai predikat. Sehingga arti keberatan dalam kalimat (3) berubah menjadi ketidaksetujuan pada suatu pendapat. Itu terjadi karena makna dari kata keberatan sudah dipengaruhi oleh makna kontekstual dari kata tersebut.


Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<