Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Selasa, 05 Maret 2013

Penyihir ― Sitok Srengenge



Sejauh kau pergi, di mana pun kau kini,

kita berada di bawah lengkung langit yang sama

Riak rinduku melurubi seluruh samudera dera




Tidakkah kau tahu, dalam buku batinku terguris namamu?

Huruf-huruf pucat yang merembaka sebagai nubuat




Kadang, ketika halaman putihku penuh olehmu,

aku ingin meniru pohon yang gugur daun,

mendamba hujan yang meluruhkan kenangan


Sampai jiwaku kuyup, kelopakku kuncup

Sedang kau menjelma gema, menggelimang

kesepianku yang menggeliat gamang


Kata-katamu, kau tahu, kadang bunga biru rumpun perdu,

sesekali belati yang membelai belikat hati

Membuatku mekar, gemetar


Dan bungaku luruh saat belatimu menyentuh

Layu. Luka. Di hatiku kau terpahat, mungkin tak kekal,

tapi biarlah kuingat tanpa sesal


Jika kelak kau kembali,

tiap kata telah memilih maknanya sendiri

Mungkin tak lagi kaukenali


Kau bukan penyair culas, kekasih

Cuma penyihir yang melintas ketika aku ringkih


Atau, kau pengembara yang gampang terkesima

Menyusur lintang bibir bagian bagai alur sungai di padang pasir

Hanyut aku dalam arusmu


Lalu bersama kita menguap sebagai fatamorgana,

mendekap harap sungguhpun fana

Atau terberai jadi kerikil, meratapi yang mustahil

(kompas, minggu, 24 februari 2013)

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<