Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Jumat, 09 Agustus 2013

Teruntuk Masa Lalu

Dulu, aku dengan mudah tak menghargaimu. Tapi kamu berujar bahwa kamu sedang diuji agar selalu belajar menghagai orang yang tak menghargaimu.

Dulu, aku menyia-nyiakanmu. Aku malah melihat pada yang lebih, padahal yang kudapat hanya sebuah entah. Aku kurang menerima dan bersyukur pada apa yang kupunya.

Dulu, aku pernah merasa kehilangan. Tanpa sadar aku menangisi perbuatan yang telah kulakukan. Menyesali setiap keputusan yang kutetapkan. Saat itu rasanya aku ingin kembali dan menata ulang semuanya.

Tapi kamu sudah mengembara ke negeri entah, dan segala ingatanmu mungkin sudah pecah bersama perasaanku yang kian patah.

Kupikir kamu hanya masalalu yang tak pernah kusentuh lagi. Sebab pangkal kenang kita sudah barang tentu (akan) menuju tiada. Waktu akan mengaburkan ingatanmu tentangku―tentu saja. Juga ingatanku tentangmu―setidaknya aku berharap begitu.

Sekarang aku berpasrah pada seucap maaf.
Maafkan aku dengan segala keliru ini.

Dan dengan segala hormat,
izinkan aku merindukanmu.

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<