Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Sabtu, 08 Februari 2014

Kembali ke SMA

Minggu (26/01) diundang adik kelas untuk menghadiri pelantikanan rohis. Ini menjadi kunjungan pertama, pasalnya selama menyandang status sebagai mahasiswa, saya belum pernah mengunjungi rohis lagi. Teman-teman juga sudah banyak yang menghilang tanpa kabar.

"Teh, beda banget ya, sekarang,” celetuk adik kelas sembari mengamati dari kepala hingga kaki.  “Lihat, sekarang tembem, dulu kurus banget,” ucapnya lagi sambil tertawa mengejek. Saya hanya menghela napas panjang. Dari dulu anak ini nggak berubah juga.

Kami mengunjungi kelas tempat adik-adik yang akan dilantik berkumpul. Jumlahnya 35 orang—angka yang yang cukup banyak dibandingkan dulu. Di sana kita berkenalan, mengakrabkan diri dengan adik-adik. Tidak lupa juga memberi motivasi untuk mereka agar semangat berjuang di sana.
“Apa pun yang terjadi nanti, bertahan ya, karena orang-orang yang bertahan adalah orang-orang yang mendapat pembelajaran penuh.”

Selain itu, ngobrol dengan panitia juga. Menanyakan kabar rohis, terkait kepengurusan dan kegiatan rutinnya. Secara otomatis ingatan saya kembali ke masa putih-abu, masa juang pertama saya. Pengalaman pertama yang nggak akan terlupakan—termasuk kesalahan-kesalahan di dalamnya.

Ketua rohis periode ini perempuan—berarti ini kali kedua rohis diketuai perempuan. Saya sedikit menyayangkan, pasalnya sekuat apa pun perempuan menahan beban tanggung jawab yang biasa dibebankan pada lelaki, ia akan mengalami masa-masa butuh penguatan jauh lebih banyak dari lelaki. Karena pada dasarnya fitrah lelaki adalah pemimpin dan perempuan dipimpin.

“Walaupun berat, jalani saja. Kamu udah terpilih, mungkin karena kamu punya kemampuan lebih di antara mereka. Mereka percaya sama kamu, masa kamu nggak percaya sama diri kamu sendiri? Bisa, Insya Allah. Bagaimana pun juga, Allah yang menggerakkan hati mereka untuk memilih kamu, berarti kamu yang dipercaya-Nya untuk menghidupkan rohis lagi,” kataku memberi penguatan.

Kembali ke SMA, kembali mengumpulkan kenangan yang terserak. Kembali menyadarkan saya bahwa waktu begitu cepat meninggalkan saya—dan siapa pun di dalamnya. Dulu kami yang diberikan penguatan, sekarang Allah menggerakkan kami untuk memberi penguatan. Betapa hidup terus berputar.

Januari 2014

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<