Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Rabu, 30 April 2014

Mereka yang Bermimpi Besar

source here

"Bulan depan aku akan ke Jepang! Doakan aku, ya!"
"Setelah lulus aku ingin melanjutkan S2 di luar negeri, Australia, tunggu aku!"
"Aku ingin mengikuti program netherland fellowship program!"

Itulah rentetan impian teman-teman, atau setidaknya, sedikit harapan untuk bisa melakukan lebih dibanding yang lain. Mendengar selintas kabar akan impian mereka, juga segala pencapaian yang sudah mereka raih, saya merasa menjadi perempuan yang terlalu sederhana. Bahkan untuk bermimpi besar seperti mereka pun, saya merasa tidak kuasa. Sikap saya terlalu berhati-hati menahan segala impian. Belum lagi dibenturkan dengan kesadaran bahwa saya seorang perempuan. Semua hal itu membuat impian saya menjadi begitu sederhana. 

Saya ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia di luar negeri! Merasakan kehidupan menjadi guru bantu Bahasa Indonesia di negara-negara maju sepertinya menyenangkan. Mengenalkan Indonesia. Membanggakan keluarga. Memperkaya diri dengan pengalaman dan ilmu yang bukan sekadar teori.
 
Saya ingin mengikuti netherland fellowship program. Belanda adalah salah satu negara yang sejak dulu diagungkan Bapak untuk bisa saya kunjungi. Maklum, Bapak pun paham bagaimana sejarah sastra Indonesia sampai kini. Katanya, banyak sastra Indonesia tercecer di sana. Saya ingin menelisik sejarah dan sastra Indonesia di negara -yang orang bilang tanah kompeni-. Saya ingin membaca Indonesia dari sudut pandang luar. Leiden -kota puisi itu- saya ingin ke sana.

Saya ingin menjadi sastrawan. Saya ingin seperti Helvy Tiana Rosa yang menggugah hati orang lain dengan karya. Saya ingin terabadikan dalam ingatan orang-orang karena jejak kebaikannya. Dan, menjadi penulis adalah kerja keabadian.

Tapi lagi-lagi aku dibenturkan dengan kesadaran bahwa tulisanku hanya berputar-putar pada puisi kamar, roman picisan, dan tulisan random lainnya. Kupikir tulisanku tidak memiliki ruh yang bisa membaikkan bahkan menginspirasi orang lain.

Saya ingin meneruskan S2! Sastra kontemporer? Ilmu susatra? Atau bidang yang sejalur dengan studi S1-ku? Ya, saya adalah perempuan yang banyak maunya. Saya ingin terus belajar karena semakin kita tahu sesuatu, kita semakin merasa tidak tahu, kan? Dan, saya mengamini terlalu banyak hal yang tidak saya ketahui. Maka itu, saya ingin belajar lagi. Memperdalam ilmu yang saya sukai -dan tentu saja berujung pada ilmu Allah- dan mendekatkan pada-Nya.

Tapi saya seorang perempuan. Alasan itu sudah cukup membuat saya berpikir ulang. Apakah impian-impian itu benar saya butuhkan untuk kebermanfaatan atau eksistensi diri? Saya tiba-tiba mengalami ketidakpercayaandiri karena masalah gender. Bukan hanya itu, melainkan karena kewajiban perempuan yang lebih kompleks daripada lelaki -menurut saya-. Perempuan itu adalah induk peradaban. Benar, dan pada dasarnya itu yang membuat saya ingin terus belajar dan mencoba banyak hal. Agar kelak bisa dibagikan kepada anak-anak dan keluarga. Perempuan tetap saja perempuan. Ia harus menyadari bahwa segala impiannya perlu berkompromi dengan seseorang di masa depan. Ya, ketika menikah -hal yang saya khawatirkan mematikan impian-.

Faktor utama melejit atau tenggelamnya potensi seorang perempuan setelah pernikahan adalah keputusan dan tindakan suami. Kita tentu sering mendengar bahwa di balik laki-laki sukses ada perempuan hebat. Sesungguhnya, di balik perempuan sukses pun ada laki-laki bijak. Jika semua laki-laki dan perempuan bisa bersinergi dengan baik, maka sesungguhnya yang ada di dunia hanyalah laki-laki dan perempuan sukses. (Sari A. Rahmawati) 

Semoga saja seseorang yang nanti berada satu shaf di depan saya adalah orang bijak yang mau bersinergi, memelesat bersama. Jika pun saya tidak bisa menjadi seseorang yang berpengaruh besar, memenuhi harapan besar orangtua (menjadi kebanggaan), yang argumentasinya didengar, membaikkan kehidupan, dan bermanfaat bagi sekitar -meski sangat ingin-. Setidaknya saya ingin menjadi perempuan hebat yang bisa menguatkan lelaki hebat, lelaki terbaik yang dengan kerendahan hatinya mau berbagi dan menampung semua aspirasi. Juga menjadi ibu dari anak-anak yang luar biasa hebat.


0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<