Pa, aku ingin.. |
Papa
yang selalu aku hormati, bagaimana kabarmu? Semoga selalu diberi
kesehatan, selalu dalam penjagaan-Nya, senantiasa disayang dan semakin
sayang pada-Nya. Aamiin.
Pa,
usiaku sudah 21 tahun. Aku pikir papa sudah melihatku sebagai anak
perempuanmu yang mendewasa. Nyatanya kau masih memperlakukanku seperti
anak kecil. Kau masih khawatir jika aku pulang malam. Lantas mau
direpotkan untuk menjemputku di terminal. Padahal sebelumnya, aku
terbiasa pulang sendirian. Aku tak pernah meminta jemput seperti anak
perempuan pada umumnya. Aku tahu, kau tidak kuat dengan dingin. Jadi, aku
ingin kau hanya menunggu, duduk di kursimu seperti biasa, biar aku yang
datang ke rumah dengan wajah cerah.
Jangan
pernah merepotkan orang lain selama kamu bisa melakukannya sendiri,
katamu. Maka beginilah aku, ingin menjadi perempuan dewasa dan mandiri,
setidaknya di hadapanmu. Tapi ternyata ada yang luput. Aku tak mau
membuatmu khawatir, tapi aku malah bertingkah mengkhawatirkan. Seperti
ketika kaudapati aku pulang malam, sendirian, dan tidak bilang. Kau
marah seketika. Kau menyerangku dengan kata-katamu yang tak biasa.
Suaramu meninggi, rahangmu mengeras. Nyaliku ciut. Untuk meminta maaf
pun aku tak bisa. Maaf, Pa, aku hanya tak mau merepotkanmu.
Aku selalu menganggapmu dingin, tidak perhatian, cuek, dan overprotektif.
Kau banyak melarangku ini-itu. Aku merasa kau terlalu membatasiku. Aku pernah merasa seperti dipenjara. Tapi kini aku baru
sadar, kau hanya tidak ingin anak perempuanmu jadi tukang keluyuran.
Kau menyetelku menjadi anak rumahan yang bisa menjaga diri. Sekarang
aku tahu, kau hanya ingin melindungiku, menjagaku dengan
sebaik-baiknya.
Aku
berterima kasih, Pa. Sikap tegas yang sering kau munculkan, membuatku
harus berpikir ulang untuk bersikap manja. Apa yang kuinginkan akan
kaupenuhi dengan syarat. Aku harus benar-benar disiplin dan patuh
padamu. Walaupun hal itu tanpa sadar membuatku menciptakan jarak padamu.
Aku segan. Terlalu takut untuk meminta, apalagi merengek. Jangan heran
jika sampai seusia ini, aku tak pernah meminta macam-macam. Tapi kau
selalu memberikan apa yang kubutuhkan secara tiba-tiba. Tanpa pernah aku
meminta.
Pa,
aku minta maaf. Sebelumnya, terlalu banyak pandangan negatif yang harus
kutepis padamu. Aku terlalu dini untuk memahami caramu mencintaiku. Aku
hanya bisa menyimpulkan dengan tergesa, tanpa tahu maksud baik yang
ingin kautunjukkan. Padahal kau sedang mengajariku menjadi perempuan
kuat, mandiri, dan bisa diandalkan. Kau tanamkan pembelajaran bahwa
perempuan harus bisa menjaga diri, lembut dalam bertutur, tapi tegas
dalam berprinsip.
Sekarang, aku paham benar, kau mencintaiku dengan caramu sendiri. Begitu sederhana dan apa adanya. Lebih dari yang kuketahui sebelumnya. Aku tidak akan merasa tertekan lagi dengan segala bentuk perlindunganmu. Maka, kau akan tetap menjadi pelindungku, kan, Pa?
Sekarang, aku paham benar, kau mencintaiku dengan caramu sendiri. Begitu sederhana dan apa adanya. Lebih dari yang kuketahui sebelumnya. Aku tidak akan merasa tertekan lagi dengan segala bentuk perlindunganmu. Maka, kau akan tetap menjadi pelindungku, kan, Pa?
Cirebon, 14 Juni 2014. 10: 28.
image credit here
0 tanggapan:
Posting Komentar
sila berkomentar :)