Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Jumat, 30 Januari 2015

Resensi Buku: Pudarnya Pesona Cleopatra


Judul buku  : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang   : Habiburrahman El Shirazy
Tebal buku  : 111
Penerbit       : Republika
Tahun terbit : 2004

Buku ini merangkum dua kisah yang berbeda. Satu buku berisi dua novel mini. 

Kisah pertama menceritakan tentang pemuda lulusan Kairo yang djodohkan dengan seorang wanita salehah bernama Raihana. Tokoh aku--pemuda lulusan Kairo--tersebut sangat terobsesi dengan kecantikan wanita Mesir. Dengan setengah hati, ia menerima ajuan orang tuanya untuk memperisteri Raihana sebagai bentuk baktinya pada Ibu. Selama kehidupan rumah tangga, ia tidak bisa mencintai istrinya. Berbeda dengan Raihana, perempuan Jawa ini sangat mencintai suaminya, selalu nrimo, berbakti, dan memperlakukan suaminya dengan baik. Sikap baik istrinya tetap saja tidak membuat tokoh aku mencintai istrinya. Ia masih dibayang-bayangi obsesi menikahi wanita Mesir yang cantik. Pernikahan itu pun akhirnya menciptakan kesengsaraan bagi ia dan Raihana -yang dengan sabar menutupi rasa sakitnya-.


Beberapa waktu berlalu, Raihana akhirnya mengandung. Ia meminta izin untuk pulang ke rumah orang tuanya untuk alasan kesehatan kandungan. Selama pisah rumah, tokoh aku merasa lebih lega karena tidak perlu setiap hari bertemu istrinya. Ia pun disibukkan dengan urusan pekerjaan. Mengikuti pelatihan, bertemu seorang pembicara hebat yang pernah berkuliah dan memiliki istri wanita Mesir. Mereka bertukar cerita, kemudian ia disadarkan bahwa kecantikan bukan segala-galanya. Bahwa takdirnya bersama Raihana adalah yang terbaik, sebab menikahi wanita Mesir nyatanya memiliki banyak risiko yang kompleks. Saat itu, ia ingin sekali menemui istrinya, meminta maaf, dan berusaha memperbaiki kesalahannya dengan memuliakan Raihana. Namun ketika sampai di rumah mertuanya, ia mendapati kabar bahwa istri dan anaknya meninggal dunia seminggu yang lalu. Dan, ya, begitulah, ia menelan kekecewaan yang mendalam. You don't know what you've got till it's gone.

Pesan moral di kisah pertama ini sangat terasa. Bahwa kecantikan bukan segala-galanya. Bahwa sesuatu yang kita sukai -bahkan sampai terobsesi- belum tentu baik untuk kita. Takdir Allah selalu yang terbaik dan kita harus mempercayai itu :')

Kisah kedua menceritakan tentang Niyala yang dirundung masalah perjodohan menjelang hari wisudanya. Ia harus menerima lamaran anak camat yang tidak baik moralnya demi menebus hutang ayahnya senilai 85 juta. Ia mengalami dilema. Ia ingin sekali menolak lamaran itu namun ia pun merasa kasihan kepada orang tuanya. Ia hanya bisa berpasrah pada Allah. Meminta pada-Nya dicarikan solusi terbaik menurut-Nya.

Mendekati wisuda, ia memberanikan diri menceritakan masalahnya pada Faiq, kakak angkatnya. Hingga akhirnya melalui Faiq Allah memberikan solusi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Malam sebelum hari wisuda, Niyala menikah dengan Faiq dengan mahar mushaf cantik dari Mesir, hapalan surat Ar-Rahman, dan uang tunai senilai 85 juta. Masya Allah, betapa mudah bagi Allah membolak-balikkan keadaan. Mengubah kesulitan menjadi kemudahan. :')

31 Januari 2015, 12: 14.

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<