Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Senin, 30 Maret 2015

Skripsi, Puisi, dan Kamu.

Halo!
Apa kabar kamu? Mudah-mudahan baik dan selalu senyum jenaka ya! 
Ah, jadi ingat Fabio--yang menyebut senyum jenaka waktu itu--dia bilang, "Jenaka. Senyum kaka jenaka... lucu," katanya sambil tertawa. Anak itu apa kabar ya? Kangen. Gara-gara dia, aku jadi kepingin senyum terus. Hihi.

Tadi siang, selepas bimbingan. Tanpa sengaja kamu bertemu aku di perpus. Di tangga, kita ngobrol berdua.


"Hey, lagi sibuk apa?"
"PPL sama skripsi niiih. Yang satu menyita waktu banget, satunya lagi menyita pikiran. Pusing mikirin mereka berdua," katamu dengan suara merajuk.
"Jangan dipikirin atuh. Dikerjain skripsinya!"
"Udah keleus, tiap minggu juga bimbingan..."
"Nah bagus dong! Jadi ada masalah apa?"
"Ibu pembimbingnya detail banget, loh..."
"Ya bagus kan? Skripsi kamu jadi nggak abal-abal! Kan kamu sendiri yang pingin dapat pembimbing perfeksionis. 
"Iya sih... tapi nggak begini juga."
"Jangan ngeluh ih! Kapan lagi coba jadi rajin merpus sendirian kayak gini."
"Mau ngeledek? Huh!"
"Haha. Nggak. Jangan cemberut ih. Senyum jenakanya manaa?" 

Kamu masih sempat-sempatnya menggoda. Padahal aku lagi pusing-pusingnya. Instrumen. Revisi. Penelitian. Aaaaak semua berjejalan di pikiran!

"Kalau kamu pusing skripsi, coba nulis puisi," kataku lagi.
"Yang ada makin pusing!"
"Bukannya kamu suka puisi?"
"Iya... tapi atulaaah mau nulis puisi apa coba? Bisa-bisa judul puisinya: revisi (1), revisi (2) dll," celotehmu lalu tertawa sendiri. 

Tawamu lepas sekali. Memperlihatkan senyum jenaka yang orang-orang sebut itu. Senyum lebar tanpa beban, salah satu hal yang mereka sukai dari kamu. Sepertinya aku juga.

"Nggak apa ih, biar nanti sekalian dikirim ke koran-koran! Kamu tuh ya, udah lama nulis puisi tapi belum dimuat juga. Temen aku aja bukan anak sastra, puisinya udah dimuat dimana-mana!"
"Ih omongan kamu bikin sebel! Liat aja nanti, semester ini skripsi aku bakal beres dan puisi aku dimuat di koran!"
"Yakin?"
"Kamu mah ih malah matahkeun..."
"Nggak, cuma mau liat kesungguhan kamu aja."
"Yakin! Mulai sekarang aku bakal banyak baca buku..."
"Antologi?"
"Bukan. Hehe. Buku referensi dulu, terus hiburannya baca antologi puisi."
"Baca puisi-puisi yang pernah dimuat di koran juga atuh.
"Iya... iya.. Ah! Kamu tuh yaa malah nambahin kerjaan aku!"
"Emang! Baru sadar? Hahaha."
"Aku mau hadiah dong kalau puisiku dimuat di koran!"
"Mau hadiah apa atuh sok?"
"Aku mau bulan Juni sidang skripsi! Bisa nggak?"
"Bisa! Maksimal bulan Juni kamu harus udah sidang ya! Aku nggak mau tahu! Itu hadiah buat kamu! Kamu harus jaga komitmen."
"Kayak pemaksaan gitu ya... Ah, ketemu kamu di sini aku jadi pingin langsung ngerevisi."
"Terus buat puisi: revisi (1) hahaha."
"Iya, hahaha."

Kita berdua tertawa. Menertawakan skipsi, puisi, dan kamu. Hai kamu, baru berapa kali bimbingan saja udah segila itu ngomong sama diri sendiri! Hahaha.

30 Maret 2015

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<