Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Kamis, 17 September 2015

Sebuah Pesan

unsent message


: lelaki

Tuan, aku tak hendak menulis puisi
penuh rupa-rupa tanda kepadamu.
Sebab aku hanya perempuan
yang selalu gagal membaca pertanda.

Biarkan aku menceritakan kisah seorang putri
ia sedang menanti pangeran baik hati.

Tapi pangeran tak kunjung datang.

Dia masih terus mencari
sampai mengembara ke negeri entah
Berharap menemukan putri
yang setia mencintainya tanpa jeda.
Padahal ia pun belum punya setia.

Dia berlindung dari kesedihan dan kesendirian
pada sebuah tempat yang ia namai pilihan
tetapi ia belum menentukan tujuan
padahal perjalanan sudah separuh ia mulai.

Ia terus saja berjalan menyambangi tempat-tempat
yang menjadi pilihan tujuan.
Lupa bahwa ia telah meninggalkan ruang kosong mereka.

Setelah ia pergi,
ruang kosong itu mungkin takkan mudah terisi.
Sebab ia telah meninggalkan pengap harap di sana-sini.

Tetapi ia selalu pergi
melanjutkan perjalanan tanpa mau berhenti.
Padahal mereka tak pernah menuntut setia
hanya meminta ia bertanggungjawab
atas hak perasaan yang dicederai tanpa jeda.

Katamu, tanggung jawab akan melahirkan kesetiaan.
Maka, jika kau bertemu dengannya, katakan ini padanya:
bisakah kau bertanggung jawab pada perasaanmu sendiri?
berhentilah
atau pergi sama sekali.

Kelak, takkan ada lagi yang mau menantimu kembali.

17 September 2015


0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<