Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Jumat, 04 Desember 2015

Great Teacher (Gonna Be)


Semester ganjil telah berakhir! Yeay~
Pertemuan terakhir di kelas 8A terasa cepat. Kalau sedang malas, rasanya lamaaaa sekali. Jam pelajaran Bahasa Indonesia yang ditempatkan di jam terakhir -selama tiga jam pelajaran-, tidak jarang membuat saya harus bersabar.  Haha.

Menjelang ulangan akhir semester (UAS), anak-anak banyak maunya. Mereka yang notabene mudah bosan ketika pembelajaran, semakin ogah-ogahan belajar.

"Buu, bebas sih, Bu," celetuk anak lelaki.

"Games aja, Bu!" timpal yang lain.

"Iyaaa, Bu. Permainan aja!"

Saya memutar otak. Bingung. Belum menyiapkan permainan apa-apa. Ice breaking di awal jam pelajaran sudah tampak membosankan bagi mereka. Karakteristik kelas ini memang didominasi anak-anak kinestetik. Kebanyakan anak-anak aktif, banyak bicara, dan tidak bisa diam. Tidak jarang mereka meminta games/ice breaking di tengah jam pelajaran. Bahkan, ketika menerangkan pun, saya diminta menerangkan dengan gaya bercerita. Lama-lama mungkin saya diminta menerangkan dengan standup comedy. Sampai di sini saya gagal paham, saya ini guru atau penghibur-___-


Selama mengajar mereka, saya memang dituntut untuk memberikan inovasi pembelajaran di tiap pertemuannya. Kalau tidak ada persiapan atau sedang jenuh, kemudian mengajar seadanya, mereka ikut-ikutan malas dan ramai di kelas. Kalau sudah begini rasanya... dududu~~ sayangnya saya tidak (biasa) marah. Pernah sih sekali, dan itu sudah sangat melelahkan.

Akhirnya, pembelajaran pun dibuat sangat santai dan banyak cuap-cuap (cerita). Kemudian, latihan menulis teks fabel pun dibuat dalam games cerita berangkai. Anak-anak membuat kerangka dengan peta gambar, lalu mengembangkannya menjadi cerita. Secara bergiliran, anak-anak melanjutkan cerita sesuai kelompoknya. Lembar latihan siswa jadi penuh warna-karya.

Di akhir pembelajaran, saya meminta mereka menuliskan kesan-pesan selama belajar dengan saya. Meskipun sedikit takut mengetahui respon mereka, tapi saya perlu mengevaluasi diri. Selama ini, setiap selesai mengajar... saya selalu merasa kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan belum benar. Selalu merasa gagal. Pasalnya, saya pun masih mencoba berbagai cara pembelajaran yang menyenangkan, tetapi materi tersampaikan. Seringnya sih, saya seperti mengajar anak TK: nyanyi, joget, senam, tebak-tebakan. Giliran dibawa ke materi pembelajaran, mereka sedikit ogah-ogahan. Bagaimana saya tidak merasa gagal? -___-

Daaan ternyata respon anak-anak positif. Entah mereka sedang berbohong atau tidak. Kebanyakan yang mereka tulis dalam kertas tak bernama itu kesan-kesan membahagiakan. Tampak juga ungkapan-ungkapan sayang seperti, aku sayang ibu, love you, dan semacamnya. Itu ungkapan sayang tulus atau genit ya? Haha dasar bocah. Itu tulisan anak-anak lelaki golongan belakang yang suka ribut dan selalu cari perhatian deh. Hahaha.

Ada beberapa anak menulis komentar bahwa saya terlalu ontime masuk kelas hahaha. Kemudian, ada juga yang memberi saran agar saya membesarkan tulisan. Juga perihal ketegasan, katanya saya kurang tegas. Yaaa, itu kelemahan saya. Kebanyakan mereka menulis ungkapan terima kasih dan kata-kata yang membahagiakan. Setidaknya, secara keseluruhan respon anak-anak cukup baik. Alhamdulillah. Padahal ketika prosesnya... bersabarlah!

Melalui mereka, saya belajar bahwa menjadi guru adalah keputusan untuk belajar dan berbagi lebih banyak. Pada dasarnya, hidup kita memang proses pembelajaran yang panjang kan? Dan... ternyata secuek apapun sikap yang anak-anak perlihatkan, pasti ada yang mereka dengar. Meski segala sesuatunya memang berproses. Walaupun mereka suka sekali bercanda, kita merasa diabaikan dan merasa gagal menyampaikan... pada akhirnya mereka akan mendengarkan dan menerima. Ah, saya belajar banyak dari kalian, 8A!

...Dan bahwa guru yang baik pun bukan yang tidak pernah marah. Tetapi yang bisa bersikap pada tempatnya. Mendidik itu memang bukan hanya perkara menyampaikan materi... tetapi memasuki dunia mereka dan membagi ketulusan hati. Pepatah itu memang benar adanya bahwa apa yang disampaikan dengan hati, akan sampai pula pada hati.

Terima kasih atas kesempatan mengajar anak-anak luar biasa itu, Rabb. Mudah-mudahan diberi kesempatan berbagi lagi kepada anak-anak.

04/12/2015
gambar dari sini

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<