Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Sabtu, 30 Januari 2016

Dua Cangkir Kopi

kita duduk berhadapan
saling bercakapan
saling bercukupan
menerka kemungkinan
ketidakmungkinan.

kautanya, kenapa tidak kupesan
coklat hangat seperti biasa?
aku enggan mencecap manis yang melenakan, kubilang.
tetapi kopi, pahitnya bisa membunuhmu perlahan
atau sekali tegukan. seperti berita kematian
yang ramai di televisi.

aku tersenyum saja
ya, jika kau sengaja melarutkan racun
dalam tubuhku. agar aku tak menuntut
pertemuan yang kautawarkan ini tuntas.

aku memang tak sanggup menakar
rasa pahit yang tertinggal di pangkal
tetapi aku belajar mempertahankan
manis yang kucecap di ujung sabar
kau tersenyum saja.

2016




0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<