Jumat, 05 April 2013
Epitaf Empat ― Nurul M. Sisilia
Empat tahun mengunjungi jantungmu tak kutemukan dimana namaku kau pahatkan
Agaknya kita sedang saling mengingat atau justru saling melupakan
Wajahmu masih saja terpantul di tepi kolam yang dipinang mekar teratai
Harusnya tak kubiarkan daun jatuh dan membuyarkan bias bayangmu
Ah, tapi kita tengah bicara dalam hening yang maha bening
Kau masih mencoba menelaah sejarah pertemuan kita
dan aku meyakinkan kehidupan yang pernah berdenyut di rahim waktu
Kisah kita telah demikian parah dan aku berserah pada pasrah
Pada ruang di dada kirimu
Pada kenang di pangkal memorimu
Lupakan saja.
Anggap kita tak pernah bertemu. Lalu tetanggal empat tahun itu
perlahan menyerupa debu.
(2012)
Related Posts:
Gugur kita itu, adalah saat-saat jatuh dan diam menunggu tertinggal, mungkin dari beberapa helai yang lain ; mengering dan resik dalam senyap kita it… Read More
Perempuan Pagi Berwajah Puisi — Nanang Suryadi aku merindukanmu, katamu, pada pagi di mana puisi meronta meluncur mendesak menghancur melumat memabukanku. dengan terbata kubaca sepi di wajahmu … Read More
kepalaku: kantor paling sibuk di duniaMasih dengan puisi-puisi Aan Mansyur. Ini salah satu puisi yang aku suka juga. kepalaku: kantor paling sibuk di dunia. kepalaku: kantor paling sibu… Read More
Cinta adalah -- Soni Farid Maulana -- Cinta adalah setangkai bunga bakung yang bila dipangkas orang dari tangkainya bunga itu akan layu. Kini jiwaku yang l… Read More
Perempuan Buta — Anis Sayidah kepada cahaya, lupakanlah sebuah rumah di mataku. sebab mataku adalah malam yang terus saja mememar. tak ada tubir di antara nyala itu semuanya… Read More
oalah... :)
BalasHapushehe, aku suka puisinya teh,
Hapusizin publish ya :)