Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Minggu, 15 September 2013

Dua Tahun Lagi

Rasanya seperti baru kemarin euforia menjadi mahasiswa baru. Sibuk adaptasi karena peralihan menjadi seorang mahasiswa. Ternyata dua tahun sudah berlalu. Ya-ha! Seneng? Pasti! Sedih? Sedikit. Kenapa? Bukankah kebanyakan orang malah ingin segera menanggalkan statusnya sebagai mahasiswa? Saya juga, tentu saja. Tapi kalau mengingat tenggat waktu yang semakin menyempit itu rasanya saya tidak rela. Banyak yang ingin saya ambil dari kota ini--yang sejatinya memberikan begitu banyak pelajaran bagi saya. Dan sebentar lagi mesti saya tinggalkan.

Benar ya kata orang, semester ini semacam peralihan menjadi seseorang yang dewasa dan fokus terhadap tujuan. Sementara saya masih suka main-main dengan berbagai kegiatan luar kampus. Saya seperti menemukan tempat bermain sekaligus belajar dalam sebuah organisasi. Hanya saja, saya yang cenderung moody, kadang suka mangkir dari tugas organisasi. Maafkan saya. Dan kemarin seperti diingatkan bahwa menjaga amanah itu adalah sebuah keharusan.

Saya juga belajar untuk terus memperbaharui sikap--perbaikan diri. Adakalanya seseorang mesti peka dan bersimpati dengan setulus hati terhadap suatu hal. Tanpa pamrih. Murni dari hati. Kalau sudah begitu, kelak, tanpa sadar semuanya seperti berpihak padamu. Semesta seperti mengamini sikap baikmu kemudian memberikan balasan dengan cara yang susah dicerna pikiran manusia. 

Tanggungjawab, manajemen waktu, menentukan prioritas, dan segala macam pembelajaran lainnya. Dari pembelajaran selama ini bisa disimpulkan: ternyata bukan posisi yang menentukan prestasi. Tapi prestasi menentukan posisi kita.

Kritik tajamnya adalah sudah seberapa banyak kamu memberi? Seberapa loyal kamu terhadap organisasi? Ketika ada ketidaksesuaian yang terjadi, apa yang kamu lakukan? Menuntut? Ah, jangan sibuk menuntut ini-itu. Sibuk memberi adalah sebuah kearifan. Mulailah mencintai Alqolam dan PAS ITB, sembari fokus dengan pencapaian akademik, tentu saja.

Untuk amanah yang mesti dilepas karena ketidakmampuan saya, semoga dengan atau tanpa saya tidak berimbas apa-apa. Hmmm... begitulah, banyak cerita, banyak rahasia, banyak kejadian tak terduga. Ternyata dua tahun lagi. Kelak, semuanya akan membersamai derap langkah saya meninggalkan kota ini. *asa lebay ya, hehe =")


Related Posts:

  • Sebuah Kesalahan Katakan padaku, jika suatu waktu kau merasa terganggu dengan kehadiranku. Beri tahu aku, dimana letak kesalahanku, karena aku rasa semuanya sedang… Read More
  • Ketika Mas Nadhif (Pura-Pura) Lupa Sepagi tadi aku sudah menunggumu dengan wajah cerah. Hari ini kau tampak sumringah sekali, Mas. Aku suka melihatnya. Matamu yang agak menyipit ketika… Read More
  • Cerita di Penutupan 59 Saat menulis ini, sedang merindukan adik-adik spatula... Minggu (22/12) penutupan semester 59 PAS ITB. Nggak kerasaaaa! Acara berlangsung meriah. A… Read More
  • Pendidikan itu Bernama Pembiasaan Di rumah sederhana ini tidak terdengar musik selain murattal alqur'an--dibarengi denting piring garpu beradu. Biasanya, lepas salat maghrib, Abi meng… Read More
  • Capek? Aku Juga."Aku capek...," katanya dengan helaan napas berat. "Kenapa?" "Rasanya nggak ada waktu buat diri sendiri. Dan lagi--" kata-katanya menggantung begitu s… Read More

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.