Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Senin, 19 Januari 2015

Pergi

(photo: kathryn)

Aku, kita, dan setiap teman kita akan pergi. Pergi ke kehidupannya masing-masing dan mewujudkan impiannya. Apalagi di usia-usia seperti ini. Satu-per-satu teman pergi entah kemana, bahkan hilang kabarnya.

Aku paham. Aku pun pergi. Selepas meninggalkan kota yang beberapa tahun ini ku tinggali. Bahkan meninggalkan teman-teman dan kenyamanan yang ada di sana.


Aku mengerti. Setiap dari kita sedang sibuk dalam hidupnya. Setiap dari kita sedang berusaha keras mencapai impiannya. Sedang menekuni jalan hidupnya masing-masing. Aku hanya mendapat kabar dari teman yang lain atau dari laman media sosialnya. Bahwa satu-per-satu teman sedikit demi sedikit telah bergerak pasti ke arah impiannya.

Aku memahami. Bila teman-temanku kini sibuk bahkan pergi satu persatu. Aku tidak akan menahannya, aku akan mendukungnya. Mendukungnya untuk pergi ke kehidupannya dan mewujudkan apa yang telah menjadi citanya.

Aku merasakan yang demikian. Dukungan dari teman-teman yang akan membuat langkah pergi itu menjadi semakin kuat, menjadi semakin teguh. Karena aku tahu, setiap perpindahan itu berat. Meninggalkan sesuatu yang dicintai, nyaman, apalagi teman adalah sebuah pekerjaan yang sulit.

Tapi, demi kehidupannya, aku akan mendukungnya untuk memantapkan langkah kakinya. Mungkin, kita tidak akan bertemu untuk sekian lama, mungkin pula komunikasi kita akan terputus seiring kesibukan.

Aku hanya percaya bahwa kelak kita semua akan kembali bertemu. Bertemu dalam suasana haru dan saling menatap tak percaya atas apa yang telah kita raih bersama.

Kelak, ketika kehidupan itu telah tertanam kuat pondasinya. Ketika impian itu telah menjadi kenyataan. Kita akan kembali berkumpul dan saling bercerita. Anak-anak kita akan menjadi teman sebagaimana pertemanan kita hari ini.

Kini, mungkin kita semua akan kehilangan teman satu persatu. Tapi, kehilangan itu akan digantikan suatu hari nanti.

Aku menjadi belajar. Bila temanku kini akan pergi ke kehidupan dan impiannya. Aku tidak akan menahannya. Pertemanan bukan berarti harus selalu dekat dan bersama. Pertemanan itu saling mendukung dan menguatkan. Itu yang akan menjadi bekal silaturahmi kelak di kemudian hari.

Kala cerita hidup kita akan kita saksikan dan kita semua bisa berdiri tegap dengan impiannya masing-masing. Hari ini, berusaha keraslah. Pergilah ke impian dan kehidupan itu. Kemanapun langkah itu pergi. Tidak akan ada yang menahan, aku akan mendukungmu.

    Sampai bertemu kembali di tahun-tahun tak terduga nantinya.

    Rumah, 9 Januari 2015 | (c)kurniawangunadi

Related Posts:

  • Can You Smile? Menemukan kembali lagu ini di folder lama. Kumpulan lagu Kpop masih tersimpan rapi. Membuka foldernya sama dengan mengembalikan kenangan lama... keti… Read More
  • Dialog Bapak Malam ini, entah kenapa Bapak memulai percakapan dengan topik yang selalu kuhindari. Siapa pun yang memulai, aku pasti berusaha membelokkan arah perc… Read More
  • #Dialog: Puisi /1/ Seseorang yang baru saya kenal ketika praktik mengajar menanyakan ini kepada saya. Tentu saja dengan wajah heran dan tidak percaya. Perempuan s… Read More
  • Untukmu, Terkasih Saya tahu lagu ini dari Papa. Ia gemar sekali memutar lagu-lagu Iwan Fals di mobil--selain lagu Ebiet atau Elvi Sukaesih -_-. Sepanjang perjalanan… Read More
  • Rumah Rumah itu masih direnovasi. Jendela yang tidak tertutup rapat mulai diperbaiki. Engsel pintu yang rusak mulai dibetulkan, supaya tidak ada oran… Read More

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.