Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Kamis, 27 Desember 2012

Hakikat Belajar


Orang dewasa, saat ditanya, kenapa kita belajar menulis? Kalau jawabannya: agar bisa menerbitkan buku. Maka itu benar-benar membelokkan tujuan mulia dari menulis. Saat ditanya, kenapa kita belajar memasak? Kalau jawabannya: agar bisa jadi master cheft, punya restoran mahal, maka itu juga benar-benar membelokkan tujuan mulia dari memasak. Orang dewasa, saat ditanya, kenapa sekolah tinggi? Kalau jawabannya: agar bisa kaya raya, berkuasa, maka itu benar-benar membelokkan tujuan mulia dari mencari ilmu.

Anak-anak, saat ditanya, kenapa kita belajar naik sepeda? Tidak ada anak-anak yang akan menjawabnya, agar bisa jadi pembalap sepeda, bisa ikut tour de france. Kebanyakan akan menjawab karena senang saja, karena ingin bermain sepeda bersama teman yang lain. Simpel, tapi menjelaskan tujuan yang mulia. Juga saat belajar main bola, berenang, anak-anak akan menjawabnya sederhana.

Kenapa kita lupa betapa sederhananya waktu dulu kita jadi anak-anak? Kita belajar merangkak, buat apa? Kita belajar berjalan, buat apa? Kita belajar berlari, buat apa? Kita lakukan saja, dengan senang hati. Dan berhasil semua. Tidak ada yang gagal belajar waktu kecil, bukan? Mayoritas sukses semua.

Entah, pada detik ke berapa kita mulai punya pemahaman yang terbalik soal proses belajar ini. Siapa yang memulainya, siapa yang menanamkannya. Sepertinya akan indah sekali, jika semua orang belajar menulis, misalnya, dia simply hanya ingin menulis, dan terus, terus, terus menulis. Kesuksesan akan datang sendiri. Buku-buku akan terbit, dan berbagai milestone lainnya. Kenapa kita belajar tinggi-tinggi untuk jadi dokter? Akan sangat indah saat orang-orang hanya ingin menjadi dokter yang baik, membantu banyak orang. Kesuksesan akan datang sendiri. Kaya, terkenal. Bahkan saat kita tolak semua materi tersebut, kita menjauh, urusan duniawi itu tetap mendekat-dekat.

Ini kesekian kali saya menulis tentang hakikat proses belajar. Maka semoga satu-dua saja paham, mulai memutuskan menyukai sekolahnya, kuliahnya, sebenar-benarnya karena ingin mencari ilmu, itu sudah sebuah langkah awal dari sebuah proses panjang yang menyenangkan. Se-aneh apapun pilihan jurusan kita, setidak terkenal, dianggap remeh, kita tetap bisa menjadi yang terbaik jika tujuannya memang belajar dan menjadi terbaik di bidang itu. Lakukan dengan riang, lakukan tanpa beban, dan kita lihat hasilnya.

—  Tere Liye
image from here
 ----------------------------------------------------------------------
maka kutulis apa saja
biar ia abadi
di hati, bukan dalam nadi.

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<