Kau paham, puisi pun menyediakan ruang
Bagi bait-bait cinta. Yang teduh yang jujur
Yang selalu mendesirkan harum bunga-bunga
Entah,kita terlalu sibuk menulis tanah melukis langit
Yang amis, kobar, dan gerah dibaca hingga aku kamu
Kerap terbakar di taman-taman puisi
Aku pun ingin menulis cinta di lembar yang selalu
Terbuka. Sambil mengenang kecup bibirmu
Di kening ini
Ah puisi, selalu saja mengabarkan peristirahatan
Hati. Tentang kata-kata rindu yang kian matang,
tentang
Bumi yang makin terpanggang dilalap puisi-puisi
jalang
Dewadaru, 2002
(dari antologi puisi Tuhan, Aku Lupa Menulis Sajak Cinta)
0 tanggapan:
Posting Komentar
sila berkomentar :)