Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Kamis, 07 Mei 2015

Skripsweet: Ini tentang Menghargai Proses!

“Semester sekarang teteh sibuk apa kuliahnya?”
“Skripsi sama PPL aja, Mah.”
“Oh. Kalau Aa?” tanya Mama kemudian beralih melirik kakakku.
“Aa juga tinggal tesis aja.”
“Wah. Berarti nanti bareng ya wisudanya? Aa lulus S2, teteh lulus S1. Duh senengnya Mama!”
“Iyaaa. Tapi nggak tahu tah. Kan tesis mah susah meren, Aa bisa cepet nggak nyusunnya,” kataku sambil tertawa mengejek, kala itu.
“Huuu. Bisa lah!”
“Awas nih, teteh nggak mau nungguin ah. Teteh dulu yang wisuda nggak papa,” celetukku, lagi-lagi dengan tawa. Kakakku kemudian menjitak kepalaku, seperti biasa.
“Udah, udah. Lulus bareng aja. Wisuda bareng biar Mama nggak perlu bolak-balik ke Bandungnya,” lerai Mama, kemudian dengan segera kami amini.

Rekaman percakapan itu berputar ulang lagi di kepala. Dulu, sebelum masa-masa berjuang untuk tugas akhir ini, aku sempat menyangsikan kemampuan kakakku. Saat itu, yang ada di bayanganku adalah tesis lebih rumit daripada skripsi, dan kegiatan kakakku selain menyusun tesisnya,  juga nyambi kerja. Belum lagi mengurus keluarga kecilnya -kala itu kakak ipar sedang hamil, persiapan melahirkan- yang sedang membutuhkan fokus lebih. Sementara aku, selain penyusunan skripsi, nyambi PPL sih, tapi tidak sesibuk yang aku bayangkan sebelumnya. Beban organisasi pun tidak sebanyak dulu, mengajar privat belum berjalan efektif. Pada akhirnya yang menjadi fokus utamaku hanya PPL dan skripsi.
Kemudian, jadwal bimbinganku setiap minggu, otomatis harus ada progress setiap minggunya. Aku pikir akan lancar-lancar saja dan bisa menyelesaikan skripsi lebih dulu daripada kakak... nyatanya aku sudah disalip kakakku sendiri. Sekarang dia sedang menyeselesaikan bab empat (hampir selesai) dan aku masih berkutat di bab tiga. Penelitian baru saja dimulai. Jadi... sangat dimungkinkan aku tidak bisa mengejar sidang bulan depan. Yeyeye! =.=

Kenapa? karena kendalaku dari awal adalah mencari sekolah tempat penelitian. Sekolah tempat PPL (awalnya) tidak mengizinkan penelitian. Aku bukannya mencari sekolah lain... malah  mandeg skripsi. Tidak ada progres selama beberapa minggu. Dan lagi, instrumen masih 'digantung' dosen pembimbing, antara acc dan tidak. 

"Ini penilaiannya sudah bagus, tinggal soal tesnya saja direvisi. Kemudian lembar wawancara dan angket ini bla bla bla... " kata Ibu kemudian mencoret-coret lembar instrumen yang aku lampirkan. 

Setelah revisi dan penambahan ini-itu sesuai saran Ibu, seperti biasa, Senin pagi, aku dan teman-teman menunggu, siap bimbingan. Tapi selama beberapa minggu Ibu menghilang... instrumenku digantung.  Begitulah. Sekarang kakakku mengabari bahwa siap sidang bulan ini. Ah!

"Aa udah lulus tes TOEFL dong!"
"Wah? Berapa skornya?"
"Cuma 463 sih. Siap sidang ini mah! Haha," ujarnya dengan sumringah. Aku merasa panas hati.
"Gimanaaa dong, teteh baru bisa daftar sidang bulan depan kayaknya. Wisuda bareng nggak ya?"
"Yaudah, nggak papa. Yang penting nggak telat lulusnya."
"T.T"

Belum lagi mendengar kabar teman-teman terdekat udah mau daftar sidang bulan ini juga. Well yeah, its okaaay! Rasanya itu... ingin secepatnya menyelesaikan penelitian, olah data, daftar sidang, wisuda! Udah nggak mau berkutat dengan hal-hal macam ini lagi.

Tapi wisuda bukan soal cepat atau lambat kan? Ini soal menghargai proses, meluruskan niat -bukan untuk memenuhi nafsu pribadi, pembuktian diri atau lainnya -kalau kata Allah belum waktunya, ya, belum-. Allah akan menghadiahi sesuatu kepada seseorang sesuai dengan usaha yang ia perjuangkan kan? Terjadi seperti ini ya karena kamu belum memperjuangkannya dengan baik dan (mungkin) belum sesuai yang Ia mau, Nduk.

Seperti kata ibu dosen pembimbing, "yang penting pahami dan maknai setiap prosesnya. Karena esensi dari penulisan skripsi adalah kalian bisa memaknai proses dan paham benar tiap-tiap langkah pengerjaannya. Bukan asal tulis tapi tidak paham untuk apa dan bagaimana."

Iya, Bu. Setelah ini aku akan lebih menikmati tiap prosesnya. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian kan? Dan bergesernya target sidang ini mungkin memiliki hikmah lain di baliknya. Kamu bisa lebih lama di Bandung, misalnya. Katanya enggan meninggalkan, kan? *tertawa miris*

Sudahlah. Selamat malam!

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<