Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Sabtu, 26 September 2015

Terima Kasih

...goodbye
Terima kasih sudah membuatku yakin... untuk melupakan. Sebab mengingatmu adalah meredam yang seharusnya. Dan ingatan kita bisa terlupa karena berbagai peristiwa. Kau kan tahu, perubahan adalah keniscayaan, maka lebih baik bagiku untuk melupakan.

Terima kasih sudah membuatku belajar sabar dalam kebertahanan menunggu, meski pada akhirnya kau sendiri yang meyakinkan aku untuk memilih pergi. Karena aku tidak seharusnya menunggu engkau. Aku hanya perlu bersabar dalam kebertahanan menunggu Ia rida padaku. (Mungkin) juga padamu.

Terima kasih sudah memberi pelajaran bahwa membuka hati itu butuh penerimaan-penerimaan. Meski tak melulu soal memberi dan menerima, tetapi cinta selalu butuh rasa saling. Dan penerimaan di satu sisi hanya akan melahirkan kepincangan-kepincangan. Sebab Ia belum mengizinkan aku berhenti pada keputusan penerimaan yang panjang. Maka tidak seharusnya aku membuka hati yang seharusnya terkunci rapi.

Terima kasih sudah menyadarkan aku bahwa ini sudah terlalu lama. Bahwa aku telah melewatkan banyak hal yang seharusnya kukejar. Bahwa pertemuan-pertemuan ini terlalu samar dan enggan kauperjelas dengan sebuah keputusan.

Bahwa aku tidak seharusnya menjaga doa yang sama, dalam waktu yang lama. Hingga kerap kali aku merasa yakin pernah bertemu denganmu pada titik yang sama. Padahal semua itu hanyalah delusi yang menahan langkah kaki. Tetapi pada akhirnya Tuhan selalu membetulkan apa yang seharusnya aku semogakan.

Setelah ini, aku tak mau melakukan kesalahan yang sama. Aku memilih bersabar sampai pada titik dimana Tuhan mencabut sabarku dengan sebuah keputusan penerimaan yang panjang. Pada ia, di masa depan.

Sekarang, aku hanya ingin menjaga diri... dan memenangkan hatiku sendiri.

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<