Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Rabu, 30 Desember 2015

Kaleidoskop 2015 dan Resolusi 2016

Saya memang tidak merayakan tahun baru. Tapi, pada pergantian tahun (termasuk tahun baru hijriyah) biasa menyediakan waktu refleksi diri. Saya menilik kembali apa-apa yang sudah terjadi tahun ini.

2015 bagi saya adalah tahun peralihan menuju kedewasaan. Saya belajar banyak hal. Perihal keberterimaan, keikhlasan, kesyukuran, dan perjuangan. Meski terjadi banyak hal di luar rencana. Seiring waktu, saya belajar memahami hikmah dari setiap makna persitiwa sepanjang tahun.

Target utama saya tahun ini adalah wisuda! Ya, alhamdulillah saya bisa menyelesaikan studi tepat waktu. Dan, bagian yang membahagiakan adalah didampingi kakak yang juga telah menyelesaikan program masternya. Alhamdulillah! Akhirnya kita bisa ada di bingkai yang sama, membawa hadiah kebanggaan untuk orang tua.
Di pertengahan tahun -secara megejutkan- puisi saya dimuat di koran lokal. Bagi sebagian orang, ini bukan capaian yang "wah", tetapi bagi saya ini merupakan langkah awal untuk fokus menjadi perempuan penyair. *uhuk* Mudah-mudahan.

Di tahun ini pula, saya merasa beruntung didekatkan dengan perempuan penyair yang saya kagumi: Nenden Lilis Aisyah. Beliau menjadi pembimbing skripsi saya, dan (mudah-mudahan) menjadi ibu pembimbing kepenulisan saya.

Kemudian, tahun ini menghadirkan anggota keluarga baru: Muhammad Maher Al-Fatih. Anak lelaki cerdas yang sangat aktif dan menggemaskan. Jadilah anak saleh yang membanggakan, Dek!

Mengenai cita-cita... saya bersyukur bisa menjadi seorang guru. Meski sebagai guru TK, guru privat, guru praktikan, guru pengganti. Sampai nanti, semoga saya bisa menjadi guru yang sebenarnya. Guru yang baik dan membaikkan. Guru profesional. Aamiin.
Di penghujung tahun, (dengan berat hati) saya pindah ke Cirebon setelah sebelumnya tinggal selama empat tahun di Bandung -kota yang dibuat Tuhan sambil tersenyum-. Masih banyak hal-hal tak terduga yang terjadi di tahun ini. Menyisakan hal-hal yang ingin selalu dikenang atau ditinggalkan.

Saya tercenung ketika melihat salah satu target tahun ini. Dikhitbah. Hahaha. Saya sendiri lupa kalau pernah menuliskan itu. Bahkan, semakin ke sini, keinginan itu semakin berkurang kadarnya. Banyak hal yang terjadi dan membuat saya lupa pada keinginan menggebu tahun lalu (2014). 
Untungnya, Allah selalu mencukupkan saya dengan cinta yang maha dan ketenangan hati. Meskipun, ya, sejujurnya, tahun ini saya sempat merasakan jerat perasaan yang membuat hati tak enak karena merasa bersalah pada-Nya. Berkali-kali saya harus menilik hati, siapa yang paling bertahta di sana. Saya tak ingin terbawa perasaan macam itu lagi. Saya ingin jatuh cinta berkal-kali pada-Nya saja. Saya ingin dibuat melek oleh cinta-Nya. Itu saja. 
Saya menyadari satu hal: tahun ini, saya kurang bermunajat pada-Nya. Saya cenderung memaksakan kehendak diri, kemudian dilanda kecewa berkali-kali karena lupa bertawakal. Jadilah hati saya rentan terbolak-balik perasaan. Rentan kecewa. Mengeluh. Namun, dari setiap peristiwa yang terjadi, selalu ada ruang untuk kita merenung bahwa Allah selalu sisipkan hikmah. Kita harus senantiasa bersyukur bahwa begitu banyak nikmat Tuhan--tak sebatas hal-hal yang tampak.

Tahun depan, Insya Allah akan ada banyak tantangan. Bismillah. Sepertinya akan menjadi tahun yang (cukup) sibuk dan (semoga saja tetap) membahagiakan! Sedikit kata semoga untuk tahun depan. Semoga bisa...
  • Menjadi sebenar-benarnya muslimah.
  • Menjadi anak perempuan kebanggaan.
  • Menjadi guru-penulis yang baik dan membaikkan. 
  • Menjadi perempuan penyair
  • Menjadi mahasiswa (lagi)
  • Menjadi perempuan yang rapi menempatkan diri, hati, agenda. 
  • Mengikuti kursus menjahit
  • Mengikuti HWC
Masih banyak lagi... Tapi itu opsional kok. Pada akhirnya diserahkan ke Allah saja. Mana bagian yang mesti dicoret atau diganti. Pokoknya, tahun depan akan lebih fokus pada karir dan keluarga. Cieee. Dan tentu saja, pendekatan diri pada-Nya --dengan usaha yang berkali lipat lebih banyak dari tahun sebelumnya--.
Tidak ada opsi menjadi istri? Bagian itu saya serahkan sepenuhnya pada Allah saja. Hihi. Saya hanya akan menuliskan apa yang bisa saya usahakan sendiri -atas izin Allah-. Lagi pula, saya sedang asyik-asyiknya berkumpul bersama keluarga. Mensyukuri hal-hal kecil, namun berharga. Tetap memperbaiki diri dan memberi kebaikan~  




0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<