Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Rabu, 23 Desember 2015

Lucu

Lucu ya. Kadang kita -aku sih- sebagai manusia selalu sok tahu. Belum lagi, hidup dipenuhi dengan drama. Berlebihan merespon suatu hal yang terjadi. Sedih berlarut-larut. Merasa menjadi orang yang paling menyedihkan. Hal-hal yang sebenarnya sederhana, dibuat rumit. Padahal, hidup sudah cukup rumit.

Perasaan kecewa, sedih, menyesal bermula dari diri yang hilang kendali. Kecewa kenapa? karena berharap, misalnya. Kenapa harus berharap? karena kita memilih untuk berharap. Coba kalau tidak memilih untuk berharap... nggak akan kecewa toh. Sedih kenapa? karena terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya. Kenapa harus kekeuh ketika menginginkan sesuatu? Setahu apa sih kita, sampai ingin ini-itu terjadi sesuai mau kita. Kita cuma hamba.

“…Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al-Baqarah: 216)"

Maknai. Resapi. Berkaca diri. Kita cuma hamba yang harus selalu siap dengan segala kejutan-Nya. Tapi selalu yakini satu hal: rencana Allah selalu baik. Penerimaan kita yang )kadang) buruk. Jangan sampai diri kita dikendalikan nafsu dan permainan rasa. Fokus kita tertuju pada masalah dunia. Sedih, kecewa, sesal, marah, hanyalah permainan perasaan yang kita ciptakan sendiri. Sedih bisa berganti dengan kesyukuran, bahagia, dan perasaan dicintai. Asal kita jeli dan berpikir jernih ketika mendapati hal buruk terjadi. Aal izz well.

Apapun yang terjadi... percaya saja semua itu baik bagi kita. Dan, semuanya akan baik-baik saja selama kita punya Allah yang mahabaik. Mari berbaik sangka! Aku siaaap!

Kepada diri:
Ssst. Kurangi drama. Hidup kamu bukan sinetron stripping yang lagi ngejar rating, kan? *uhuk*


0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<