Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Kamis, 25 Februari 2016

Sepotong Senja Buat Pacarku

oleh: Seno Gumira Ajidarma

Alina tercinta, 
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap? Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan. 

Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina. Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina. 

Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala. 

Membacanya (lagi), ketika tanpa sengaja saya menemukan kover buku berbentuk amplop coklat di gramedia. Ternyata kumpulan cerpen Seno yang dikemas seperti mengemas senja, siap dikirimkan kepada seseorang. Saya iseng membaca cerpen itu lagi: sepotong senja buat pacarku.
Saya tersenyum sendiri. Cerpen ini masih membuat saya (dan mungkin perempuan mana saja) ingin menjadi Alina. Dikirimi senja yang cantik. Senja yang membuat siapa saja takjub--tersihir lalu mengabadikannya dalam lensa kamera, puisi, atau apa saja. Ini karya Seno termanis, kaya makna, dan kaya rasa. Beliau memang maestro, salah satu favorit saya. Beliau bisa menghadirkan potret sosial dalam tulisan yang indah. Untuk memaknai cerpen secara keseluruhan, bisa dibaca di sini.

1 komentar:

  1. Hm mudah2an beliau membaca :)
    Salam kenal Mbak Ulvia. terima kasih sudah main ke blog saya :)

    BalasHapus

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<