Senin, 30 Maret 2015
Revisi (2)
Sudah kususun berkas-berkas
pemikiran yang kusimpan rapi
berharap kudapati simpul senyum
dari bibirmu yang ranum.
Semalaman suntuk aku mengerucutkan
pemahaman tentang kunci model pembelajaran
beserta media yang baru saja kukenal.
Lewat pencarian malam-malam itu
kutemukan ia di antara puisi
perempuan yang bernama sinar
mereka menyebutmu fiksi musikal
--aku mengamini saja.
Kukira aku akan beroleh apresiasi
tapi agaknya coretan-coretan itu
lebih memilih memenuhi ia
ketimbang senyuman. Cerocos kata-katamu
selisipan suara di ruang penuh
wajah-wajah waspada.
Revisi kedua: senyum kita direduksi cuaca.
30 Maret 2015
*rotfl*
Related Posts:
Langitkau masih menjadi langit yang sama di lantai langitmu aku masih gemar menatap di kejauhan. menakar keluasan lazuardi yang membayangi langkah kaki tapi… Read More
Mencoba Lupasetiap pagi, setiap hari aku mengemasi mimpi-mimpi pendek mengumpulkan tiap potong episode yang terserak tentang kelebat pintaku yang kian cacat hadi… Read More
Di Pelabuhan Paling Rahasia foto: Jusly Yani Jarak dan bahasa bisa saja memisahkan kita tapi rinduku tetaplah deras hujan yang melaut riciknya tak pernah turun sendiria… Read More
Rumah adalah Pertemuan Singkat di balik sepatu kita terdapat jejak doa di kejauhan jarak yang berpetak kasih yang memanjang di sepanjang jalan rumah adalah pertemuan singkat s… Read More
Tok tok tok!/1/ Tok tok tok! Tok tok tok! Ketukan demi ketukan makin jelas terdengar saban waktu, aku terus mendengar ketukan pintu dari orang-orang. Hilir mudik … Read More
0 tanggapan:
Posting Komentar
sila berkomentar :)