image credit dhikssy via deviantart
“Nangis aja, jangan ditahan. Kalau udah tenang, kamu boleh cerita sama aku,” kataku menenangkannya.
Kemudian Nida, sahabatku terisak dalam diam. Sesekali ia mengusap kedua sudut matanya yang basah. Tidak berapa lama ia mendekapku dan berbisik, “aku capek, Fa,” katanya pelan, masih dengan sisa tangis tertahan.
Sebisa mungkin aku menenangkannya yang masih sesenggukan. “Kenapa?”
“Aku capek. Aku benci sama diri aku yang lemah dalam hal itu.”
“Jangan pernah menyalahkan diri sendiri sampai segitunya,” kataku sambil tersenyum menenangkannya.
“Aku capeeek, pengin lepas, tapi rasanya semua udah terlalu melekat. Mengharapkan dia tuh rasanya seperti berusaha menjangkau udara. Sia-sia.”
pada akhirnya berharap pada selain Allah hanya akan menyisakan rasa kecewa.
0 tanggapan:
Posting Komentar
sila berkomentar :)