Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Minggu, 01 November 2015

Untuk Papa (2)



Pa, apa kita bisa duduk berdua sebentar? Melepaskan beton ego masing-masing dan saling mendengarkan. Aku akan berusaha menahan diri untuk menyela dan menerima setiap perkataanmu. Tapi setelah itu... dengarkan aku sebentar. Sebentar saja. Dengarkan aku sebagai putrimu yang (mengaku dirinya) sudah beranjak dewasa--tetapi kau harus percaya bahwa dia bukan lagi anak kecil. Dengarkan aku sembari lepaskan skema bahwa aku adalah putri kecilmu yang akan selalu mengekor ke mana pun kau pergi. Dengarkan aku sebagai perempuan.

Aku percaya apapun yang kau inginkan adalah yang terbaik bagiku. Kau hanya tidak ingin aku kerepotan sendiri. Kau ingin menjadikan semua prosesnya lebih sederhana, tanpa perlu aku pusing memikirkan ini dan itu. Kau berusaha menjamin setiap yang baik bagiku. Aku percaya itu. Namun aku juga ingin diberi kelonggaran, Pa. Berikan aku ruang untuk memilih dan mengusahakan apa yang ingin kupilih. Berikan aku kepercayaan untuk memutuskan langkah yang ingin kupilih dan kujalani. Bukan aku tak ingin menuruti setiap kemauanmu. Tapi sejauh ini aku selalu mengusahakan diri untuk patuh padamu. Dan sejauh ini... pernahkah aku mengecewakanmu dengan setiap pilihan yang kujalani? Dengan setiap tekad yang kuusahakan? Bukankah pada akhirnya aku mampu membuktikan bahwa aku bisa kau percaya?


Pa, berikan aku kesempatan untuk menjadi diriku sendiri. Berikan aku kesempatan untuk berkembang dalam lingkungan yang ingin kupilih. Berikan aku kesempatan untuk belajar dalam kehidupan orang-orang dewasa. Berikan aku kesempatan untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan inginku. Aku takkan lupa meminta pertimbangan-pertimbanganmu. Tapi biarkan aku menyadari apa yang menjadi inginku. Lepaskan sedikit demi sedikit kungkungan yang begitu terlalu. Sebab aku takut... jika kau mengungkungku dengan terlalu, aku takut dengan perasaan ingin melepaskan diri. Lantas takut menjadi anak perempuanmu yang tak patuh. 

Aku mungkin masih kau anggap putri kecilmu yang masih harus kau arahkan jalannya. Anak perempuanmu yang belum bisa melangkah... masih tertatih dan harus kau tuntun untuk bisa berjalan. Tetapi untuk bisa berjalan... ia hanya perlu diberi kepercayaan untuk melangkah sendiri kan, Pa? Kau hanya perlu mengawasinya di belakang. Siaga menolongnya ketika ia terjatuh atau butuh penguat untuk menegak. Kelak, ia akan bisa berlari ke arahmu. Membawa sesuatu yang bisa membuatmu tersenyum lantas berucap, "Papa bangga sama kamu."

Kau bisa percaya padaku, kan?

NL/01/11/15

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<