Beranda Ulvia

potret | rekam | kata

Minggu, 08 Mei 2016

Sebuah Tempat yang Kauceritakan

/1/
Bahkan saat aku ingin mengamini puisimu
setelah beberapa purnama berlalu
tanpa rembulan jatuh di kepala--
keraguan masih menyeret langkahku memasuki rimbun asa
yang membuat siapa saja tersesat
meski tlah kutinggalkan reranting di jalan setapak.

/2/
Katamu kau akan membawaku
ke tempat rindu yang sunyi bersembunyi
aku berjalan saja menyusuri jejak-jejak tanpa nama
lalu aku diperdengarkan lagi dengan kisah yang sama
serupa dongeng musim gugur yang bertahan merelakan daun jatuh.


Di luar, angin menjelma orkestra
yang hanya mampu didengar para perindu
masih katamu.

/3/
Kita belum selesai bercakap tentang langit,
matahari, dan cuaca yang tak bisa diterka
tapi kau berhenti sejenak dengan mata kaca
lalu melangkah dengan tergesa
katamu kau ingin membawaku melihat telaga.

/4/
Pada persimpangan ke sekian
aku menyadari bahwa menunggumu
adalah senja yang patah berulang kali
maka tlah kulepaskan segala rasa pada keheningan doa;
di dalamnya terangkum waktu dan kecemasan
agar terbebas dari hujan penantian.

/5/
Adakah kelak ia menjelma sepasang doa?

Cirebon, Mei 2016

0 tanggapan:

Posting Komentar

sila berkomentar :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Let's be friends!

>> <<