Sudah satu semester berlalu. Bagaimana rasanya? Beraaat sekali, awalnya. Bukan, bukan karena si "introvert" dalam diri yang mendominasi sehingga saya tidak bisa adaptasi. Bukan pula karena anak-anak didik yang tidak bisa diajak kompromi. Lebih pada penerimaan diri terhadap apa yang Allah beri. Tapi, bagaimana pun, ini membuat saya belajar nerimo dan bermental baja. Ah, kalau diceritakan panjang.
Apapun masalahnya, setidaknyaman apapun awalnya, rasa cinta itu bisa tumbuh kapan saja selama kita belajar untuk menerima. Witing tresno jalara soko kulino itu benar ya. Saya mengalaminya. Bukan kepada lelaki yang dijodohkan dengan saya, bukan. Kepada sebuah tempat--sebut saja keluarga baru saya-, sekolah.
Saya menikmati perjalanan selepas subuh --termasuk grasa-grusu yang terjadi pagi-pagi. Saya menikmati perasaan deg-degan mengharap angkot tarikan pertama. Saya menikmati kebiasaan baru: mengamati hidup emang-emang angkot, obrolan kopi pagi, dan perihal usaha kejar setorannya. Ini akhirnya membuat saya nggak lagi mengelabui mereka dengan tidak membayar ongkos tarif anak sekolah. Hihi.
Saya memaklumi anak-anak selonong boy, seperti halnya memaklumi ketidaktahuan mereka bahwa saya guru baru. Miris. Wkwk. Saya menikmati panggilan-panggilan 'mbak, eh, bu!' yang tidak sengaja terlontar dari anak-anak. Seperti halnya saya senyumin saja beberapa dari mereka yang terkesan meremehkan. Tapi ntar kena sendiri loh, dek... lihat saja kalau ngawas ujian di kelasmu! *devil laugh*
Saya menikmati diri menjadi si bungsu yang (tampak) lugu dari lainnya. Meski kadang greget juga karena si "introvert" masih belum mau menunjukkan 'tanduk'nya. Ah, kebiasaan saya memang butuh waktu lebih banyak untuk melepaskan diri.
Apapun itu, saya mulai menikmatinya: baik-buruknya, lebih-kurangnya, pahit-manisnya. Kemudian, berpengaruh juga terhadap kenyamanan saya di kota ini. Benar ya, yang membuat bahagia itu bukan mencari yang belum dimiliki, tapi menerima dan mensyukuri hal-hal yang dimiliki. Ah, Allah... rencana-Mu pasti berakhir manis kan?
Akhir semester genap, 2016. 22: 48.
"Apapun masalahnya, setidaknyaman apapun awalnya, rasa cinta itu bisa tumbuh kapan saja selama kita belajar untuk menerima."
BalasHapusSaya suka kalimat ini. Cocok banget buat kami yang sedng memasuki lingkungan ataupun kondisi baru.